Berdasarkan penelitian yang dipimpin oleh David Auerbach, MS, PhD, anggota fakultas eksternal dari Fakultas Keperawatan Universitas Negeri Montana, generasi milenial akan mendominasi industri keperawatan pada sepuluh tahun selanjutnya. Penelitian yang dipublikasikan pada Health Affairs tersebut, generasi milenial, atau mereka yang lahir antara tahun 1985 hingga tahun 2002 memiliki kecenderungan 186% untuk menjadi perawat dibandingkan dengan generasi baby boomer.
Penelitian dengan memeriksa data survei populasi dari biro sensus kependudukan periode 1979-2000 dan data American Community Survey periode 2001-2015 untuk mengidentifikasi tren profesi keperawatan saat ini. Terdapat lebih dari 429.500 data perawat yang dilihat dalam penelitian ini.
Studi ini menemukan bahwa generasi baby boomers memiliki kecenderungan 65% lebih rendah untuk menjadi perawat terdaftar dibandingkan mereka yang lahir pada akhir tahun 1980-an. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah generasi milenial yang bekerja sebagai perawat meningkat 2 kali lipat, dari 440.000 pada tahun 2000 menjadi 834.000 pada tahun 2015.
Karakteristik generasi tampak dari profesi yang dipilih
Studi tersebut tidak menemukan alasan perbedaan jumlah perawat diantara dua generasi tersebut. Namun, mereka menduga bahwa adanya faktor ketidakstabilan pemasukan dan ekonomi dapat menjadi alasan mengapa generasi milenial cenderung memilih profesi perawat.
“Generasi milenial sepertinya memiliki alasan yang berbeda (dibandingkan baby boomers) …pekerjaan ini cukup berbeda karena Anda akan mencoba membuat suatu perubahan pada kehidupan orang. Seperti seorang motivator,” tutur Auerbach.
Walaupun jumlah rata-rata generasi milenial dalam profesi keperawatan dua kali lipat lebih besar dibandingkan jumlah rata-rata baby boomers, namun jumlah tersebut tampaknya sudah mencapai fase jenuh atau tidak akan berubah lagi.
Ditambah dengan adanya peningkatan jumlah baby boomers yang pensiun, profesi keperawatan hanya akan mengalami pertumbuhan sebesar 36% antara tahun 2015 dan 2030, dengan jumlah sebesar 1,3% per pertumbuhan kapita setiap tahun. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan saja tidak cukup. Auerbach menambahkan bahwa dengan mempertahankan fase jenuh ini, sudah cukup untuk mencegah kekurangan perawat di masa yang akan datang.
“Walaupun jumlah generasi milenial dalam profesi keperawatan belum pernah mencapai jumlah ini sebelumnya, namun generasi baby boomers yang pensiun akan mengurangi (tidak sepenuhnya menghapus) pertumbuhan tenaga kerja dibanding sepuluh sebelumnya,” sebut penulis studi tersebut.
Penyedia lapangan kerja perlu memerhatikan laju pertumbuhan pencari kerja
Jika suatu saat terjadi kekurangan tenaga kerja perawat, maka salah satu penyebabnya adalah faktor yang tidak dapat diprediksi misalnya perubahan teknologi.
Untuk mencegah hal ini, studi tersebut mengusulkan ide agar penyedia lapangan kerja memertimbangkan karakteristik generasi untuk menjaga organisasi mereka tetap stabil, yaitu memerhitungkan kecenderungan generasi milenial “untuk berganti pekerjaan dan organisasi, serta kebutuhan mereka akan prestasi dan keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan lainnya.”
Studi ini juga menyarankan agar organisasi pelayanan kesehatan mungkin dapat kehilangan perawat yang sudah berpengalaman dan mengalami pertumbuhan industri kerja yang lebih lambat ketika mengarahkan perubahan ini ke perawatan berbasis nilai.
“Lambatnya pertumbuhan lowongan pekerjaan dan menurunnya jumlah perawat berpengalaman harus menjadi masalah yang dipikirkan penyedia dan organisasi kesehatan mengingat adanya transisi pelayanan kesehatan dan model pembayaran baru di sepuluh tahun ke depan” tulis peneliti. Pernyataan tersebut juga didukung dalam beberapa penelitian sebelumnya mengenai generasi milenial yang berprofesi sebagai perawat.
Perlunya peninjauan ulang strategi perekrutan tenaga kerja
Masa depan perawat generasi milenial sebagian besar akan ditentukan dari survei kepuasan pasien, penurunan tingkat kekambuhan, kualitas pelayanan, dan penyesuaian terhadap sistem pembayaran dan keuangan baru. Hal-hal ini menyebabkan para eksekutif di rumah sakit perlu menyusun ulang strategi perekrutan tenaga kerja.
Sebuah laporan pada tahun 2008 oleh Kate Christmas, seorang perawat dan Vice President of Health Care Division di Bernard Hodes menyatakan bahwa perawat milenial membutuhkan program masuk yang lebih terstruktur, termasuk residensi pascasarjana, pelatihan saat bekerja, sekaligus bimbingan, pemberian komentar, dan kesempatan belajar jika organisasi kesehatan tertarik untuk menjaga generasi tersebut tetap dalam ruang lingkup profesi.
“Karakter mereka yang mencakup optimisme, ingin puas saat bekerja, senang bekerjasama, dan rasa hormat terhadap yang berwenang membuat mereka menjadi kandidat ideal profesi keperawatan,” tulis Christmas. “Kecocokkan mereka dengan teknologi, pengajuan saran yang terstruktur dan positif mungkin dapat menjadi kerugian bagi mereka saat menerima posisi tertentu dalam profesi perawat.”
Lawrence Memorial Hospital di Kansas merupakan salah satu penyedia lapangan kerja yang menyadari pergantian ini lebih awal dan menempatkan mereka di bagian yang banyak diminati dalam kompetisi intensif antara dokter layanan primer.
Pada tahun 2013, pejabat eksekutif bernama Gene Meyer meluncurkan kelompok “emerging leaders” untuk karyawan yang berusia 20-an hingga 30-an sebagai kompensasi pensiunnya baby boomers. Rumah sakit ini juga mempromosikan lowongan pekerjaan ke-250 murid di Universitas Kansas yang sukarela membantu rumah sakit ini setiap tahunnya melalui Twitter dan Facebook.
“Kami mungkin lebih bebas [dengan kebijakan sosial media] dibandingkan dengan yang seharusnya kami lakukan,” ujar Meyer. “Tetapi selama ini kami ragu-ragu membuat peraturan ketat, karena ini merupakan gaya hidup orang-orang yang bekerja untuk kami.”
Sumber: https://today.mims.com/generasi-milenial-diperkirakan-akan-mendominasi-profesi-keperawatan-di-tahun-2030