UNICEF memperingatkan hampir satu juta anak memerlukan perawatan karena kekurangan gizi akut di Afrika Selatan dan Timur. Situasi bertambah parah dengan naiknya harga makanan, sehingga memaksa banyak keluarga melaksanakan mekanisme penghematan drastis seperti menghindari makanan dan menjual aset. Kondisi itu mengakibatkan hampir satu juta anak memerlukan perlawanan mendesak karena kekurangan gizi sangat akut di wilayah tersebut.
Dua tahun kemarau dan hujan yang tidak teratur di Afrika telah menambah salah satu peristiwa El Nino paling parah dalam 50 tahun sehingga membuat kacau kehidupan anak yang paling rentan.
Kantor PBB Urusan Kemanusiaan (OCHA) telah memperkirakan masyarakat yang terpengaruh diperkirakan akan memerlukan sekitar dua tahun untuk pulih dari kemarau yang diperparah oleh El Nino, jika kondisi pertanian membaik dalam semester kedua tahun ini.
UNICEF juga mengatakan permohonan bantuan kemanusiaannya hanya kurang dari 15 persen yang didanai di seluruh negara yang terpengaruh El Nino di Afrika Selatan.
Di Malawi, Program Pangan Dunia (WFP) juga telah memperingatkan bahwa karena menghadapi peningkatan kebutuhan, lembaga tersebut sangat memerlukan 38 juta dolar AS untuk membantu orang yang paling rentan selama musim yang berkepanjangan.
Meskipun fenomena cuaca El Nino akan berkurang. Tapi kerugian yang diderita anak-anak dan akan terasa selama bertahun-tahun ke depan.
UNICEF, yang mengeluarkan informasi terkininya mengenai dampak El Nino pada anak-anak di wilayah tersebut, mengatakan di Ethiopia, dua musim hujan yang gagal berarti hampir enam juta anak saat ini memerlukan bantuan pangan. Sementara itu, makin banyak anak tak bisa bersekolah karena mereka dipaksa berjalan lebih jauh untuk mencari air.
Di Somalia, lebih dari dua-pertiga mereka yang memerlukan bantuan adalah warga yang kehilangan tempat tinggal, sedangkan di Kenya, hujan lebat yang berkaitan dengan El Nino dan banjir menambah parah penyebaran wabah kolera.
Sementara itu di Lesotho, seperempat warga terpengaruh. Kondisi tersebut menambah parah keadaan di negara tempat 34 persen anak adalah yatim-piatu, 57 persen orang hidup di bawah garis kemiskinan, dan hampir satu dari empat orang dewasa hidup dengan HIV/AIDS.
Di Zimbabwe, sebanyak 2,8 juta orang menghadapi kondisi rawan pangan dan gizi. Kemarau telah mengakibatkan kekurangan air karena sedikit sumur bor masih berfungsi sehingga menambah parah resiko penyebaran penyakit yang ditularkan oleh air, terutama diare dan kolera.
Badan PBB itu menyatakan Malawi menghadapi krisis pangan terburuk dalam sembilan tahun; sebanyak 2,8 juta orang, lebih dari 15 persen penduduk negeri tersebut, terancam kelaparan. Kasus kekuragan gizi akut telah melonjak sampai 100 persen dari Desember 2015 hingga Januari 2016.
Di Angola, sebanyak 1,4 juta orang terpengaruh oleh kondisi cuaca ekstrem dan 800.000 orang menghadapi kondisi rawan pangan, terutama di provinsi Angola Selatan, yang setengah tandus.
Program penggalangan donasi Unicef merupakan sebuah ajakan untuk peduli kepada warga lain yang kurang beruntung. Unicef juga membuka layanan donasi online untuk donatur rutin yang disertai cara berhenti donasi Unicef, serta donasi sekali melalui website resmi Unicef.
Info lain tentang bantuan untuk perbaikan gizi di Indonesia dapat dibaca pada Donasi UNICEF Untuk Peningkatan Gizi Balita Indonesia.